Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) enggan berleha-leha dalam mewaspadai kemungkinan hijrahnya kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS dari Marawi di Filipina ke Indonesia.
Terkait menggeliatnya kelompok ISIS di wilayah Filipina Slatan itu diantisipasi negara tersebut termasuk dua negara yang berbatasan di laut yakni Malaysia dan Filipina. Patroli bersama pun digelar tiga negara tersebut.
Walaupun ada upaya patroli tersebut, BNPT mewaspadai atas berbagai kemungkinan yang ada.
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Suhardi Alius menilai pihaknya tetap waspada elemen ISIS hijrah ke Indonesia. Hal itu didasari oleh gerakan ISIS yang memang berpindah-pindah saat sudah terdesak.
Baca:
- Video: Gus Nuril: Gebuk ISIS di Indonesia, Jangan Sampai Seperti Marawi!
- Muslim Filipina Khawatir Dampak ISIS di Marawi Dapat Memperdalam Konflik Sosial
“Kemungkinan itu bisa saja, makanya kita perkuat perbatasan seperti di Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Utara,” ujar Suhardi di gedung Badan PPSDM Kementerian Kesehatan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (22/7).
Berdasarkan laporan yang dibuat Institute for Policy Analist of Conflict, jaringan teroris ISIS di Marawi memang tengah mempersiapkan diri untuk melakukan serangan ke Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara.
Kemungkinan itu muncul setelah kelompok ISIS di sana terdesak karena terus menerus diserang militer Filipina dalam dua bulan terakhir ini. Selain itu, berdasarkan informasi intelijen ada kabar bahwa pendanaan untuk persiapan serangan pun disebut tengah dipersiapkan.
Menanggapi itu, Suhardi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki satuan tugas (Satgas) yang berkoordinasi di bawah naungan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk mendeteksi segala bentuk transaksi keuangan yang berbau terorisme.
Selain itu, sambung Suhardi, BNPT pun sudah berkoordinasi dengan lembaga di luar negeri untuk menyalurkan informasi atas transaksi-transaksi mencurigakan yang mengarah ke pendanaan terorisme di Indonesia.
“Untuk masalah negara lain kami tak tahu, tapi yang pasti kami kerja sama dengan PPATK bagian finansial intelijen setiap negara (untuk deteksi transaksi berbau terorisme),” ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu.
(cnn/si)