
Selebrasi tiga pemain Bali United yang bereda agama menuai sorotan dunia, salah satunya media asal Amerika Serikat, Washington Post, melalui pemberitaan pada Rabu (7/6/2017).
Washington Post menampilkan tiga pemain Bali United yang melakukan selebrasi keberagaman tersebut adalah Ngurah Nanak, Yabes Roni, dan Miftahul Hamdi.
Ketiganya berbaris berdampingan saat menunjukkan selebrasi tersebut.
Nanak yang beragama Hindu terlihat menangkupkan tangannya ke atas di depan dahi. Yabes yang beragama Nasrani berlutut sambil mencium kedua tangannya. Adapun Miftahul bersujud syukur dengan kepala menyentuh rumput lapangan.
“Pesepak bola Kristen, Islam, dan Hindu di Indonesia menggunakan selebrasi gol untuk memberikan pesan politik,” tulis Washington Post di bagian judul berita.
Christian, Muslim and Hindu soccer players in Indonesia use goal celebration to make political statement https://t.co/rZKw095OYP
— Washington Post (@washingtonpost) June 7, 2017
“Berbaris berturut-turut, bek Bali United dari Hindu Ngurah Nanak, pemain depan Yabes Roni dan striker Muslim Miftahul Hamdi masing-masing merayakan gol kedua Yabes dari kemenangan 3-0 tim bulan lalu melawan Borneo FC dengan menunjukkan tiga posisi doa agama tersebut.” tulis Washington Post.
Menurut Washington Post foto tadi menunjukkan “sebuah pernyataan politik tanpa kata-kata, foto perayaan yang diambil oleh fotografer Miftahuddin Halim dan diposting ke halaman Facebook tim pada hari Minggu di seluruh dunia.”
“Karena perbedaan keyakinan tidak akan menghalangi kami untuk mencapai tujuan yang sama. Bali United Jaya!” tulis caption foto tersebut.
“Foto tersebut muncul pada saat yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, karena bangkitnya faksi politik Islam yang kurang toleran di negara ini dalam beberapa bulan terakhir telah mengancam pemerintah Indonesia yang lebih moderat dan sekuler.”
Untuk mengatasi kekhawatiran yang berkembang, pemain Bali United merayakan gol tim dengan menunjukkan orang-orang dari berbagai agama tidak hanya dapat bekerja sama tapi benar-benar bisa bersama.
“Meskipun kita semua berasal dari agama dan etnis yang berbeda, kita semua satu,” kata Yabes kepada Kompas.com di Indonesia. “Kita harus melindungi harmoni negara dan tetap bersatu.”
Fotografer Halim menggemakan sentimen itu, mencatat bahwa dia “senang bahwa foto itu berfungsi sebagai contoh bagi orang-orang. Sepak bola bisa menyatukan negara. ”
(washington post/suaraislam)