Ribut Soal Patung, Jokowi Angkat Bicara

Presiden Jokowi (Google Image)

Jokowi adalah seorang bapak dari sebuah keluarga besar bernama Indonesia. Jokowi bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia. Tidak jarang, anak-anaknya ada yang merajuk minta ini itu segala macem. Tidak jarang, anak-anaknya ada yang suka bertengkar, saling sikut untuk hal-hal yang sepele. Terkadang, Jokowi yang sedang fokus bekerja terpaksa harus turun tangan mendamaikan persoalan-persoalan kecil yang terjadi di masyarakat.

Sebagai seorang bapak Indonesia, Jokowi tidak ingin anak-anaknya bertengkar satu sama lain, saling menghina, mencaci maki, dan merendahkan. Tidak jarang, Jokowi justru harus dihina dan dicaci maki anak-anaknya sendiri karena dinilai pilih kasih.

Tanggung jawab Jokowi memang luar biasa berat. Jangankan menjadi bapak untuk seluruh rakyat Indonesia, menjadi bapak untuk sebuah keluarga saja bukan pekerjaan mudah.

Baca: Mengapa Mereka Membenci Patung?

Sebagai bapak yang baik, Jokowi berusaha semaksimal mungkin untuk membuat anak-anaknya senang. Meskipun ada diantara anak-anaknya yang justru sering menghina beliau, Jokowi tetap sabar, tersenyum, dan tetap menganggap mereka bagian dari keluarga Indonesia. Tidak sedikitpun ada niatan Jokowi untuk mengusir mereka.

Persoalan-persolan remeh sering sekali menjadi ujian Jokowi dalam memimpin Indonesia. Jika dibiarkan begitu saja, persoalan remeh tersebut bisa berkembang memunculkan masalah baru yang lebih besar dan mengancam kerukunan rakyat Indonesia.

Jokowi yang sedang fokus bekerja terpaksa harus turun tangan sejenak untuk menyelesaikan persolan. Ketika persoalan patung dewa di Tuban terlihat semakin melebar kemana-mana, Jokowi terpaksa harus menyelesaikan persoalan ini.

Baca: Heran, Patung Kok Diributin

Jokowi mengajak seluruh masyarakat Indonesia, termasuk para relawannya untuk mulai melakukan hal-hal produktif. Menurutnya, masyarakat seharusnya tak lagi meributkan diri, terutama menyangkut permasalahan Suku Ras Agama dan Antargolongan (SARA). “Jangan lagi bicara hoax, ribut soal patung, ribut soal SARA, sibuk adu domba antarkita sendiri,” ujar Jokowi di JiExpo, Jumat (11/8).

Tangapan Jokowi dilatar belakangi oleh oknum yang meributkan patung Tuban. Beberapa hari yang lalu, sekelompok masyarakat menolak berdirinya patung raksasa Dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, Jawa Timur. Mereka menggelar aksi protes di depan gedung DPRD Jawa Timur. Mereka mendesak patung itu segera dirobohkan karena tidak terkait dengan sejarah bangsa Indonesia.

Jika dibiarkan, persolan patung memang bisa menjadi bom waktu yang siap memporak-porandakan kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Dibalik itu semua, memang seperti ada pihak-pihak yang menginginkan hal tersebut.

Patung tersebut sudah melalui berbagai proses perizinan dan telah legal. Zulkifli Hasan sebagai ketua MPR pun telah meresmikan patung tersebut. Adalah aneh ketika tiba-tiba ada sekelompok orang yang tidak setuju dengan pendirian patung dan ingin menghancurkannya karena dianggap sebagai berhala yang mengganggu keimanan.

Jika memang tidak sepakat, harusnya dari awal sebelum patung tersebut didirikan, mereka sudah menggelar aksi protes di DPRD, jangan menunggu patung tersebut jadi. Ketika mereka menggelar protes setelah patung tersebut jadi, ini sangat terlihat bahwa mereka memang sengaja ingin membuat isu sara di Indonesia.

Mereka ingin kondisi Indonesia gaduh dan tidak kondusif. Jika situasi gaduh dan tidak kondusif, masyarakat akan disibukkan dengan hal-hal yang tidak produktif. Pemerintah yang seharusnya fokus bekerja juga dipaksa harus turun tangan menyelesaikan persoalan ini. Jika sudah seperti itu, maka roda ekonomi Indonesia akan terhambat.

Saya menduga mereka yang memprotes patung sebenarnya hanya orang suruhan saja. Ada aktor dibalik mereka yang ingin membuat isu sara’ di Indonesia. Selain itu, mereka juga ingin membentuk opini bahwa pemerintah saat ini anti-Islam karena melegalkan pembangunan simbol-simbol agama lain.

Protes mereka terhadap DPRD menjadi pemantik yang siap menyalakan api perseteruan antara umat muslim dengan non-muslim yang membangun patung tersebut. Jokowi merasa perlu untuk mematikan pemantik tersebut.

Jokowi mengajak masyarakat yang ribut-ribut soal patung karena hanya membuang-buang waktu. Jokowi mengajak masyarakat untuk saling menghargai satu sama lain dan jangan bertengkar. Jokowi pun meminta semua masyarakat harus mengorganisasikan diri dan mengubah etos kerja.

“Saya ingatkan semua setop mencela, menjelekkan, menyalahkan di antara saudara dan sebangsa setanah air,” imbuhnya.

Jokowi perlu mengingatkan masyarakat Indonesia yang mungkin lupa dan tidak menyadari bahwa Indonesia adalah keluarga besar yang terdiri dari beraneka ragam budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama. Keanekaragaman ini harus disadari oleh masing-masing masyarakat sehingga muncul rasa saling mengharga satu sama lain.

Jokowi memang ayah yang baik. Di tengah kesibukannya bekerja, Jokowi tidak membiarkan anak-anaknya saling berseteru satu sama lain apalagi dalam persoalan sepele.

Saefudin Achmad

(sewordcom/suaraislam)

Loading...