Bagi sebagian orang yang mau menghayati hakikat ibadah haji, kegagalan menunaikannya tentu tidak membuat pikirannya menjadi kotor. Apalagi sekedar penundaan. Namun, bagi sebagian lainnya bisa terjadi sebaliknya. Kecewa, galau, dan berburuk sangka kepada siapapun yang dianggap menjadi penyebab kegagalannya. Bahkan, mereka bisa berubah menjadi brutal, lalu menebarkan fitnah dan hoaks. Kondisi ini diperparah lagi oleh kelompok-kelompok oportunis yang pekerjaannya mengais keuntungan dalam setiap suasana semacam ini.
Mengapa perilaku tercela tersebut bisa terjadi pada sebagian calon jamaah haji, yang bagi sementara orang dipandang sebagai calon Muslim yang sempurna ibadahnya? Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Tetapi, setidaknya, hal ini dapat dijelaskan dari aspek output setelah seseorang selesai menunaikan ibadah haji. Yakni, bahwa memang tidak mudah untuk dapat menggapai haji yang berkualitas. Tidak mudah untuk menjadi haji yang mabrur.
Sebuah kisah dalam kitab “Al-Hajj fi al-Kitab wa as-Sunnah” dan pernah dituturkan kembali dengan apik oleh mendiang Jalaluddin Rahmat berikut ini barangkali dapat membantu menjelaskannya.
Pada sembilan Zulhijjah di separuh kedua abad pertama Hijrah, ratusan ribu kaum muslimin berkumpul di kawasan Jabal Rahmah. Gemuruh zikir dan doa terdengar di mana-mana. Ali bin Husain bertanya kepada Zuhri: “Berapa kira-kira orang-orang yang wukuf di sini.” Zuhri lalu menjawab: “Saya perkirakan ada empat atau lima ratus ribu orang. Semuanya berhaji, menuju Allah dengan harta mereka dan memanggil namaNya dengan teriakan mereka.”
Ali bin Husain lalu memberi reaksi: “Hai Zuhri, sedikit sekali yang haji dan banyak sekali teriakan.” Tentu saja, Zuhri terheran-heran atas pernyataan Ali tersebut. “Mereka itu semuanya berhaji, apakah itu sedikit?” tanyanya kemudian kepada Ali agak gusar. Lalu, Ali meminta Zuhri mendekatkan wajahnya kepadanya. Ia mengusap wajah Zuhri dan menyuruhnya melihat ke sekelilingnya. Ia terkejut. Kini, ia melihat monyet-monyet tengah berkeliaran seraya menjerit-jerit.
Ternyata, memang, hanya sedikit manusia di antara kerumunan monyet tersebut. Lalu, Ali mengusap lagi wajah Zuhri untuk kedua kalinya. Ia menyaksikan babi-babi dan sedikit sekali manusia. Pada kali yang ketiga, ia mengamati banyaknya serigala dan sedikitnya manusia. Zuhri lalu berkata kepada Ali: “Bukti-buktimu membuatku takut. Keajaibanmu membuatku ngeri.”
Kisah mengerikan ini jelas menyingkap kegagalan sebagian besar jamaah haji yang pernah berangkat dan menunaikan segala rukun dan kewajibannya di tanah suci. Lalu, bagaimana sekiranya saat ini ada orang khawas berhasil menyingkap kondisi sebenarnya sebagian calon jamaah haji yang gagal berangkat ke tanah suci kemudian responnya luar biasa tercela dengan menebarkan fitnah dan hoaks? Seperti apa kira-kira penampakan mereka sesungguhnya?
Sumber: FB Abdul Aziz
(Suara Islam)