Buya Syafii: Guru Sejarah Berperan dalam Menangkal Paham Radikal dan Intoleran

Akhir-akhir ini Indonesia dihadapkan dengan tantangan gerakan radikalisme, intoleransi dan terorisme. Untuk menekan berkembangnya gerakan atau paham-paham tersebut guru sejarah dinilai punya peran penting.

“Sejarah adalah jembatan masa lampau masa kini dan masa depan. Sampai kapan NKRI bertahan, bergantung dari masyarakatnya. Guru sejarah berperan membuatkan masyarakat jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, serta untuk mencapai masa depan yang baik,” kata Buya Syafii Maarif.

Hal ini disampaikan Buya Syafii di hadapan Guru Sejarah se-DIY dan Jateng dalam sarasehan guru sejarah bertajuk ‘Guru Sejarah Pengawal NKRI’ di kampus Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Sabtu (8/7/2017).

Dari dalam ruang kelas dan melalui peran guru, tutur Buya Syafii, pencegahan paham-paham misalnya radikalisme dan intoleransi bisa dilakukan.

“Guru sejarah punya posisi strategis dalam menangkan intoleransi dan radikalisme untuk menjaga NKRI dari perpecahan,” imbuhnya.

“Sejarah itu baru mempunyai makna jika guru sejarah bisa menghayati persoalannya, betul-betul dihayati. Ibarat orang berenang itu, bukan hanya berenang di permukaan tetapi harus menyelam ke bawah, tahu hakekat sejarah tahu hakekat kemanusiaan,” ulas Buya Syafii.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif mengatakan sejarah berfungsi mencerahkan kehidupan bangsa berdasar pengalaman sejarah bangsa atau kemanusiaan. Sejarah merupakan sumber informasi tentang manusia yang tidak pernah habis yang harus diwariskan pada anak didik. Dalam hal ini peran guru sejarah sangat penting agar sejarah itu punya makna.

Untuk menangkal sebaran paham-paham radikal dan intoleran, maka Buya Syafii melanjutkan, materi sejarah harus hidup, tak boleh kering. Oleh karena itu, menurutnya guru sejarah harus mempunyai wawasan luas dan minat bacanya harus tinggi.

“Gurunya harus mengetahui banyak hal, filsafat, agama, sastra. Sehingga pendekatanya lebih komprehensif, holistik,” kata Buya Syafii.

(detikcom/suaraislam)

Loading...