Sedikitnya sembilan teroris tewas saat konflik militer dengan kelompok Abu Sayyaf dan Maute berlanjut di Filipina.
Pasukan militer Filipina terus melakukan serangan mereka terhadap kelompok-kelompok bersenjata yang terkait dengan negara Islam ISIS di selatan negara tersebut, menewaskan sedikitnya sembilan teroris dan konflik masih berlanjut di Marawi.
Pada hari Kamis pagi, para teroris dari Grup Maute dan Abu Sayyaf terlibat baku tembak dengan pasukan militer yang kemudian dibalas dengan serangan udara dan tembakan artileri, kata Kapten Jo-Ann Petinglay, juru bicara militer, kepada kantor berita Anadolu.
“Para teroris yang tewas dalam serangan tersebut termasuk beberapa pemimpin Abu Sayyaf Isnilon Hapilon yang menggali sebuah terowongan di bawah sebuah masjid dan mencoba melarikan diri dari zona pertempuran,” kata Petinglay.
Hapilon, menjadi buronan FBI dan akan dihadiahi $ 5 juta untuk kepalanya, ia diduga telah memimpin pengepungan di Marawi yang sudah berlangsung selama 12 minggu.
Kelompoknya, Abu Sayyaf telah berikrar setia kepada al-Qaeda.
Sebelumnya, militer mengkonfirmasi bahwa Hapilon masih hidup dan berada di dalam zona pertempuran, meskipun sebelumnya ada laporan bahwa ia berhasil lolos bersama dengan Abdullah dan Omar Maute, pemimpin lokal kelompok Maute yang telah berjanji setia kepada ISIS.
Pemerintah Filipina juga menawarkan hadiah tambahan untuk penangkapan Hapilon dan saudara laki-laki Maute.
Menurut Petinglay, jumlah teroris yang tewas di pihak Maute dan Abu Sayyaf bertamabah menjadi 548 selama pertempuran di Marawi.
Sedikitnya 122 tentara juga tewas dan 45 warga sipil tewas dalam pertempuran tersebut.
Para teroris masih tersisa, diantaranya teroris asing, dan ada sekitar 100 warga sipil yang disandera. Empat baru saja diselamatkan.
Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan darurat militer di seluruh pulau Mindanao setelah kelompok Maute menyerang Marawi pada 23 Mei.
Selama konflik bersenjata, sekitar 359.680 orang mengungsi, mereka tinggal di pengungsian di 75 pusat evakuasi di Mindanao.
Lebih dari 200.000 anak juga telah mengungsi. Banyak dari mereka yang tinggal di pengungsian dengan kelangkaan persediaan makanan, medis dan sekolah.
(aljazeeracom/suaraislam)