Agama Tuhan dan Agama Manusia

Ilustrasi (Foto: Google Image)

Agama artinya aturan atau Koridor-koridor yang dibuat agar manusia tak melampaui batasnya yang jika itu dilakukan, akan berakibat runtuhnya ikatan dan kacaunya tatanan.

Agama ada dua, Agama Tuhan dan Agama manusia.

Agama Tuhan adalah agama universal, agama ketundukan dan kepasrahan. Agama yang semua manusia manganggukkan kepala pada nilai-nilai universal yang diembannya. Agama yang dianut oleh seluruh makhkuk dan manusia. Agama tanpa perselisihan. Agama tanpa perbedaan. Tanpa pertentangan. Karena hukumNYA berlaku sama dan setara.

Agama manusia adalah Agama yang dibuat berdasarkan kesepakatan atau yang dulu diciptakan oleh sang pemenang. Agama yang manusia pisah-bedakan berdasarkan kultur, budaya dan bumi tempat berpijak. Hingga menghasilkan Agama yang manusia beri identitas sendiri. yang berkelompok-kelompok, yang bergolong-golongan, bermahzhab dan ber-label.

Keduanya seolah punya hakikat yang sama, sama-sama bertujuan meningkatkan derajat kedewasaan manusia dalam berinteraksi dengan sesama makhlukNYA.

Akan tetapi sesungguhnya punya dampak yang jauh berbeda.

Agama Tuhan dan Agama manusia memang sama-sama mengajarkan kedamaian, ketangguhan dalam menghadapi kehidupan, cinta kasih, berpikir positif, dan hal-hal positif lainnya.

Hanya saja Agama Manusia punya dampak egosentrisme, merasa bangga akan keunggulan masing-masingnya, merasa lebih baik dari manusia lainnya. ini tersebab karena manusia “menamai” atau memberi “Label” agama ciptaan mereka sendiri. Perbedaan “penamaan” inilah yang memunculkan egocentrisme. Itu sebetulnya masih oke-oke saja. Akan tetapi menjadi masalah ketika ada manusia yang mencoba memaksa Agama Manusia lainya untuk “merger” menjadi satu Label yang sama.

Sebagai contoh pelabelan adalah : kata “Islam” (karena agama ini yang saya anut dan yang lebih saya pahami) yang sering kita jumpai di Al Qur’an maupun sunnah, padahal kata “Islam” bukanlah “Nama” yang merujuk pada sebuah golongan atau umat. Kata Islam bermakna “penyelamatan” (karena kata ini berasal dari isim masdar) ia adalah Kata yang menunjuk pada “perbuatan” bukan “Label”. Jadi tak penting apakah umat yang mengaku beragama itu berlabelkan Islam atau bukan, tapi yang terpenting adalah apakah umat melaksanakan ajaran Al Qur’an dan as sunnah secara murni dan konsisten?

Karena Agama Tuhan lebih menitik beratkan pada cara dan tujuan yang hendak dicapai. Agama Tuhan tidak mementingkan “Label”. Tak penting identitas manusia 3×3 atau 5+4 atau 6+3, yang penting adalah manusia menuju pada angka 9.

Inilah mungkin maksud dari Firman ALLAH : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Agama Tuhan adalah agama yang kita hanya tunduk dan pasrah kepadaNya. Ketundukan dan kepasrahan kita, menjadikan kita mengabdi hanya pada Tuhan bukan mengabdi dan menyembah pada agama ciptaan kita sendiri, apalagi dengan menyelipkan atas nama Tuhan dicelah-celahnya…

Bambang

Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=602098953487956&id=100010635702739

(suaraislam)

Loading...