Bagi setiap umat Islam, menimba ilmu adalah kewajiban, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Mujadalah ayat 11 yang menyebutkan bahwa Allah akan mengangkat derajat seseorang muslim karena ilmu yang ia miliki. Namun demikian, dalam proses pengembaraan ilmu, tidak jarang seseorang bertemu dengan arus ideologi dan budaya yang berbeda. Bahkan ideologi yang terindikasi dapat mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan agama.
Pengasuh Pondok Pesantren Rodlotul Ulum Cidahu, Banten, Abuya Muhtadi Dimyati mengingatkan kepada para santri agar tidak meninggalkan budaya dan ideologi negara Indonesia. Menurut Abuya, setiap muslim harus mampu meneguhkan tekad yang kuat dalam menjaga spirit berbangsa dan beragama. Setiap tindakan pembangkangan terhadap Indonesia merupakan sikap yang bertentangan dengan cita-cita bersama bangsa Indonesia yang didirikan ulama.
“Jangan kebanyakan melihat kesana kesini, teruskan mengaji, untuk yang belajar ke luar negeri nanti ketika pulang jangan macam-macam, pokoknya jangan aneh-aneh. Jangan kembali dari luar negeri malah jadi anti tahlil anti shalawat, serba anti, anti ini anti itu, paling bahaya mereka yang kembali dari luar negeri ke Indonesia lalu menjadi anti NKRI dan anti Pancasila, ini yang parah,” terang Kiai yang menguasai berbagai kitab madzhab Syafi’i itu.
Ulama yang dikenal karena kedalaman ilmunya itu menambahkan, Pancasila merupakan konstitusi bersama yang disepakati untuk menaungi segenap perbedaan komponen masyarakat Indonesia, baik perbedaan agama, ras, maupun suku. Ideologi apapun tidak boleh menggantikan Pancasila karena Pancasila sudah final dan tak perlu dipertentangkan. Apalagi Indonesia bukan negara agama, melainkan negara yang beragama, bukan Darul Islam tetapi Darus Salam.
“Pancasila adalah dasar negara yang bersifat global, mencakup keseluruhan komponen bangsa yang dirumuskan dan disahkan oleh tokoh-tokoh sebelum kita untuk kemaslahatan seluruh rakyat.
Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=184733593087282&id=113355300225112
(Suara Islam)